Jakarta, 21 April setiap tahunnya diperingati oleh
masyarakat Indonesia sebagai Hari Kartini. Tak berumur panjang, pahlawan
nasional asal Jepara ini meninggal di usia 25 tahun karena komplikasi
saat melahirkan, salah satunya karena preeklampsia.
Kartini meninggal pada 17 September 1904. Meski sudah 110 tahun berlalu, nyatanya preeklampsia masih menjadi penyebab utama tingginya angka kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, di samping perdarahan dan infeksi.
Preeklampsia didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Sedikit peningkatan tekanan darah sudah bisa menjadi tanda preeklampsia.
Jika tidak diobati, preeklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius, bagi si ibu maupun calon bayi. Kondisi ini bahkan bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian, seperti yang dialami RA Kartini.
Preeklampsia dulunya disebut toksemia karena dianggap disebabkan oleh racun dalam aliran darah ibu hamil. Teori ini telah dibuang, namun para peneliti belum menentukan apa yang menyebabkan
SourceKartini meninggal pada 17 September 1904. Meski sudah 110 tahun berlalu, nyatanya preeklampsia masih menjadi penyebab utama tingginya angka kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, di samping perdarahan dan infeksi.
Preeklampsia didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Sedikit peningkatan tekanan darah sudah bisa menjadi tanda preeklampsia.
Jika tidak diobati, preeklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius, bagi si ibu maupun calon bayi. Kondisi ini bahkan bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian, seperti yang dialami RA Kartini.
Preeklampsia dulunya disebut toksemia karena dianggap disebabkan oleh racun dalam aliran darah ibu hamil. Teori ini telah dibuang, namun para peneliti belum menentukan apa yang menyebabkan
Post a Comment